Bahasa Kodi Sebagai Sarana Penyampaian Pelajaran di SDN Batu Karang

SLDNews.com – Guna untuk melestarikan bahasa Ibu (bahasa Daerah Kodi), Sekolah Dasar Negeri (SDN) Batu Karang menggunakan bahasa ibu sebagai sarana penyampaian pelajaran. SDN Batu Karang itu berada di Desa Karang Indah, Kecamatan Kodi Balaghar, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Selama saya mengajar di SDN Batu Karang, ketika saya menggunakan bahasa daerah Kodi sebagai salah satu sarana penyampaian pelajaran, ternyata itu membuat murid-murid saya mengerti dan memahami lebih cepat, apa yang saya sampaikan,” kata salah satu Guru SDN Batu Karang, Margaretha  Peda Daido,S.Pd, kepada media ini pada Senin (02/05/2022).

SDN Batu Karang, merupakan sekolah yang berada di tempat yang terpencil, perbatasan antara Kabupaten SBD dan Sumba Barat. Jaraknya lumayan jauh dari pusat pemerintahan SBD.

“Walaupun kami di tempat yang terpencil, Murid-murid kami sangat bersemangat dalam belajar, apalagi kalau penyampaian pelajaran dalam menggunakan bahasa Kodi,” kata Retha.

Menurut Retha, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin banyak bahasa daerah lain yang diketahui berhubungan dengan bahasa daerahnya, dengan itu pula akan semakin luas pemahamannya akan makna yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang sejak kecil secara alamiah dan menjadi dasar sarana komunikasi serta pemahaman terhadap lingkungannya,” tutur Retha.

Retha mengungkapkan, menurut data di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah bahasa terbanyak kedua di dunia. Untuk itu, kata Retha, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk melindungi bahasa daerah sebagai bagian dari kekayaan takbenda yang sangat berharga dan tidak ternilai harganya.

“Pemberian pelajaran dengan menggunakan bahasa ibu pada tingkat dasar dapat menjadi sarana untuk pembentukan sikap percaya diri pada peserta didik. Mereka merasa dihargai, karena bahasa yang mereka gunakan sehari-hari yang juga merupakan sarana sosialisasi budaya mereka, digunakan sebagai sarana dalam penyampaian pengetahuan di sekolah tempat mereka menuntut ilmu,” katanya lagi.

Dirinya mengatakan, secara psikologis mereka merasa aman berada di sekolah dan akan selalu siap untuk menerima pelajaran.

“Coba bayangkan, apa yang terjadi jika pelajaran tertentu disampaikan dalam bahasa kedua yang belum dikuasai peserta didik. Selain mereka harus berjuang untuk memahami materi pelajaran, dalam waktu yang bersamaan mereka harus mengerahkan semua kemampuannya untuk memahami bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran tersebut,” pungkasnya. (SN/002-22)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *